Kamis, 15 Juli 2010

Menakar Pemimpin Bangsa



Tulisan ini lahir dari rasa kerinduan akan lahirnya sesosok pemimpin bangsa Indonesia yang sangat ideal. Karena hasil pemilu menghasilkan partai-partai peraih suara yang significant yang ‘itu-itu juga’, maka figur yang akan memimpin bangsa ini sudah pasti ‘itu-itu juga’. Maka, kerinduan tinggal hanya kerinduan. Jadilah tulisan ini hanya sekedar berandai-andai…

Walaupun sosok pemimpin sejati itu sangat dibutuhkan dan didambakan semua orang, jangan berharap kita dengan mudah menemukannya. Ia bukanlah oxygen, yang dibutuhkan setiap orang tetapi dengan gampang bisa didapatkan. Ia bukanlah air, yang diperlukan untuk hidup tetapi keberadaanya berlimpah ruah di bumi ini. Ia adalah sebuah nilai yang harus dicapai melalui perjuangan. Ia adalah harta karun tersembunyi yang bisa ditemukan melalui cara memecahkan kode dan sandi rahasia.

Sejarah dunia telah melahirkan pemimpin-pemimpin besar, memang tidak banyak, tetapi bolehlah mereka dijadikan cermin oleh mereka yang bercita-cita jadi pemimpin besar. Jangan tanggung-tanggung, kalau mau jadi pemimpin jadilah pemimpin besar. Bukankah cita-cita itu harus digantungkan setinggi langit?. Ada ucapan dari Nabi Agung Muhammad SAW bahwa “seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya”, itu juga berkonotasi “seorang pemimpin sejati adalah cermin bagi pemimpin sejati lainnya”.

Mari kita lihat nama-nama ini yang sudah disepakati oleh ahli sejarah sebagai pemimpin sejati, pemimpin hebat di zamannya :

Sejujurnya, pikiran saya tertuju kepada sebuah nama yang pantas diposisikan paling layak dijadikan contoh pemimpin sejati. Ia lah seorang manusia terpilih, Muhammad SAW, hal ini disepakati juga oleh seorang sejarahwan barat, Michael Hart, yang menempatkan Muhammad pada urutan no.1 dalam bukunya “100 Tokoh Dunia Paling Berpengaruh Sepanjang Masa”. Tetapi, pandangan subjektif tentu mengemuka mengingat saya adalah seorang muslim, sudah pasti memprioritaskan Junjungannya sendiri. Untuk menetralisir pandangan ini, saya sengaja tidak membahas lebih lanjut tentang beliau. Saya akan menampilkan figur dua orang sahabat beliau, Umar dan ‘Ali, yang dalam kiprah kepemimpinannya tidak terlepas dari ajaran Sang Nabi. Saya ingin menegaskan bahwa pemimpin hebat, pemimpin sejati, tidak hanya lahir dari kelompok yang berlatar belakang Islam saja. Seperti berikut ini;

King David (Daud a.s.), adalah seorang raja juga nabi yang memimpin bangsa Yahudi Kuno yang masih bertauhid mengalahkan penguasa Palestina, Goliath, yang waktu itu masih berkepercayaan paganisme. Daud ini-lah yang berhasil membangun kota suci Jerusalem menjadi mercu suar ajaran monotheisme. Apa kehebatan David (Daud a.s.) ini? Kepada David (Daud a.s.) inilah, Tuhan menawarkan kekayaan dunia yang melimpah tetapi dia menolak. David (Daud a.s.) lebih memilih untuk tetap dekat dengan Tuhan. Memelihara dan mengajarkan ayat-ayat suci Tuhan dalam Kitab Suci Zabur (Mazmur). Berkah kekayaan dunia itu akhirnya diwariskan kepada sang anak, King Solomon (Sulaeman a.s.).

Umar bin Khattab, adalah sahabat dekat Nabi Muhammad SAW, Khalifah ke dua Islam, berwatak tegas. Apa yang bisa kita contoh dari kepemimpinan beliau? Pada masa kepemimpinan Umar, Islam mencapai puncak kejayaannya dengan berhasil menaklukan dua bangsa super power masa itu, Romawi dan Persia. Di tangan Umar lah kunci kekuasaan dan kekayaan dua bangsa besar itu dipegang. Tetapi apakah berdampak kepada kehidupan pribadi Umar? Dikisahkan, setelah penaklukan atas bangsanya penguasa Persia waktu itu bermaksud untuk mengunjungi sang Khalifah di Madinah dalam rangka menyerahkan kunci kota sebagai tanda pemindahan kekuasaan atas bangsa Persia ke tangan Islam. Setibanya di Madinah, penguasa Persia kebingungan karena tidak menemukan istana tempat bersemayamnya para pemimpin sebuah bangsa. Apa yang dibayangkan dalam kepalanya, bahwa khalifah Islam tentu berkantor di sebuah istana megah luluh sudah. Dan ia makin terhenyak manakala mendapatkan kenyataan menemukan Sang Khalifah sedang istirahat di atas tikar butut di pelataran Mesjid Nabi yang beratap pelepah daun kurma. Tidak ada mahkota emas dan jubah sutera kebesaran, yang ada hanya pakaian gamis biasa dengan beberapa tambalan disana-sini dan sebuah cambuk yang tak pernah lepas dari tangan beliau.

‘Ali bin Abu Thalib, Sahabat sekaligus kerabat dekat Rasulullah, Khalifah ke empat Islam. Dikenal sangat jenius, tegas tetapi beliau sangat pragmatis dalam hal-hal yang menyangkut kepentingan umat. Apa kehebatan ‘Ali dalam hal kepemimpinan? ‘Ali tidak mengistimewakan seseorang dalam hal pembagian harta baitul mal. Antara seorang sahabat yang ikut berjuang bersama Rasul dalam peperangan dengan rakyat biasa diberikan hak yang sama. Begitupun, dalam hal mengangkat pembantu dalam pemerintahan, ‘Ali sangat teguh memegang amanat Rasulullah untuk tidak memberikan jabatan kepada orang yang meminta jabatan. Kebijakan ini diberlakukan kepada Talhah dan Zubair ketika masing-masing meminta jabatan gubernur, tetapi dengan tegas ‘Ali menolak. Padahal, Talhah dan Zubair adalah dua sahabat dekat Rasulullah yang melindungi beliau pada waktu terjadi serangan balik kaum Quraisy dalam perang Uhud. Ada lagi, walaupun ‘Ali adalah seorang Khalifah tetapi beliau sangat patuh dengan hukum. Ini dibuktikan ketika beliau berperkara dengan seorang Yahudi tentang baju perang beliau yang hilang dan ditemukan di toko orang Yahudi tersebut. Tanpa sungkan-sungkan beliau duduk sejajar dengan orang Yahudi itu menerima keputusan hakim. Dan ‘Ali dinyatakan kalah dalam perkara hukum tersebut. Beliaupun menerimanya dengan lapang dada.

Mahatma Gandhi, pemimpin perlawanan rakyat India melawan imperialis Inggris. Apa hebatnya Gandhi? Gandhi adalah seorang terpelajar, seorang intelektual, lulusan sekolah hukum di Inggris. Hatinya ikut menderita manakala melihat penderitaan rakyat India di bawah kekuasaan penjajahan Inggris. Ia lemparkan ke tong sampah segala atribut advokat yang ada pada dirinya, yang semestinya bisa menghasilkan kekayaan buat dirinya. Ia pimpin rakyat India untuk melawan penjajahan. Dan hebatnya, keberhasilan revolusinya dengan cara tanpa kekerasan. Gandhi sudah memberi bukti bahwa kekuatan hati tidak bisa dirontokan oleh kekuatan senjata.

Lalu, sejarah Nusantara pun mencatat pemimpin-pemimpin hebat. Sebut saja Sri Jayanasa, pendiri kerajaan Sriwijaya yang wilayah kekuasaannya meliputi semenanjung Malaka sampai Tanah Genting Kra. Konon, pada masa Sriwijaya sudah dilaksankan hubungan diplomatik sampai ke Timur Tengah. Kemudian, ada Hayam Wuruk. Raja Majapahit yang termasyhur. Dalam kitab ‘Negara Kerthagama’ disebutkan bahwa pada masa ini lah Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan berhasil mempersatukan wilayah-wilayah di Nusantara. Dan pada masa ini pula rakyat mencapai kesejahteraan dengan istilah yang terkenal Gemah Ripah Loh Jinawi.

Terus bagaimana dengan para founding father kita? Tentu saja kita bisa menyebut mereka pun adalah para pemimpin hebat yang patut diteladani. Soekarno, Hatta, Muh. Yamin, Tan Malaka, Ki Hajar Dewantara adalah sebagian contoh pemimpin yang berjuang tanpa pamrih, berjuang tanpa memikirkan kekayaan pribadi. Sikap hidupnya yang sederhana bukan sebagai penghalang bagi mereka untuk melahirkan pikiran-pikiran brillian.

Dari berbagai nama yang sudah saya tampilkan, adakah kesamaan di antara mereka yang menjadikan mereka menjadi pemimpin sejati? Ada! Tanpa melihat latar belakang ras, suku, dan agama, mereka adalah pemimpin-pemimpin yang berjiwa spiritual tinggi. Tidak hanya dalam tingkat wacana saja, tetapi mereka manifestasikan ke dalam kehidupan pribadinya. Mereka tetap hidup sederhana meskipun kekuasaan ada di tangan mereka, hanya pribadi-pribadi unggul saja-lah yang mampu mencapai level ini. Bagi mereka, rakyat lah yang harus diutamakan. Dalam pemikiran seorang pemimpin sejati, dengan melayani rakyat berarti memegang amanah Ilahi. Dengan memegang amanah Ilahi berarti mengikuti perintah Tuhan yang berarti melayani Tuhan. Inilah nilai-nilai Spiritual yang dibutuhkan seorang pemimpin bangsa.

Dalam konteks Indonesia yang sedang menentukan pemimpin bangsa ke depan, serta menilik hasil perolehan pemilu 2009 yang baru lalu, nampaknya masih harus sedikit bersabar untuk menantikan pemimpin berjiwa spiritual tinggi, berperilaku hidup sederhana, yang mampu membawa negeri ini keluar dari berbagai krisis yang seolah-olah terus menerus menghantam tanpa henti. Memang tidak gampang.

Ahh.. andai saja….


Merdeka!


Faisal Mahbub

Tidak ada komentar:

Posting Komentar