Senin, 19 Juli 2010

Inilah Bulan Dimana Telah Lahir Sang Avatar Agung


Sang avatar agung itu bernama Muhammad SAW. Dilahirkan dari rahim yang terjaga seorang wanita shaleha ibunda Aminah di kota Mekah 14 abad lebih lalu (570 M). Kelahirannya sudah ditunggu-tunggu oleh segenap makhluk penghuni bumi dan langit yang masih memegang teguh ajaran Tauhid, karena kedatangannya kealam dunia ini sudah dikabarkan dalam kitab suci dan disampaikan secara lisan oleh para nabi dan rasul terdahulu.

Ayahandanya, Abdullah, meninggal ketika sang bayi suci ini masih dalam kandungan sedangkan ibunya menyusul suami tercinta tidak lama setelah melahirkan. Maka jadilah anak ini menyandang predikat yatim piatu, TETAPI disinilah Allah SWT, Tuhan Sang Pengatur Alam, menjalankan rencana agung untuk keselamatan makhlukNYA utamanya yang bernama manusia. Mulai saat itu, anak yatim piatu ini diasuh, dijaga, dan dibimbing “langsung” oleh Allah SWT beserta perangkat-perangkatNYA mulai dari para malaikat sampai kepada manusia-manusia pilihan, yang diberikannya ilham kepada mereka untuk menjaga anak yatim ini dengan jiwa raga mereka. Diantara manusia-manusia pilihan ini bisa kita sebut kakeknya, Abdul Muthalib. Pamannya, Abu Thalib. Dan kelak sang isteri yang sangat dicintainya, Siti Khadijah.

Muhammad muda sudah memperlihatkan sikap-sikap santun, cerdas, rajin dan jujur. Bahkan untuk kejujurannya beliau mendapat sebutan Al-Amien (terpercaya) dari penduduk Mekah saat itu. Pada masa-masa inilah sang pemuda shaleh ini mengalami apa yang seperti buyutnya, Ibrahim a.s., alami yaitu mencari kesejatian Tuhan. Dia melihat kenyataan bahwa kerabat dan masyarakat dimana dia dibesarkan menyembah berhala padahal dia sangat meyakini bahwa berhala-berhala itu bukanlah Tuhan Sejati, demikian juga perilaku hedonis dan cinta keduniaan masyarakat Mekah saat itu sangat mengganggu pikirannya. Muhammad adalah seorang penolong, sehingga dia ingin menolong akhlak dan aqidah mayarakat yang sudah melenceng jauh itu, tetapi bagaimanakah caranya? Dimanakah dia harus mencari dan menemukan Tuhan Yang Maha Esa untuk meminta pertolongan?

Untuk itulah, dia lebih banyak melakukan tafakur (kontemplasi) seorang diri di tempat sunyi, terpisah jauh dari hiruk pikuk kota saat itu. SAMPAI tibalah saat yang dinantikan itu, dalam puncak kontemplasi perjalanan spiritualnya dia mengalami pencerahan dengan ditandai turunnya wahyu yang diterima beliau melalui sang malaikat pembawa wahyu, Jibril a.s. Demikianlah peristiwa itu secara dramatis diceritakan dalam kitab suci umat Islam, Alqur’an. Mulai saat itu, tugas yang sangat besar berada di pundak beliau. Tugas yang diamanatkan langsung oleh Tuhan untuk umat manusia yang kelak sejarah mencatat di tempat terpencil di semenanjung arab yang jahiliyah, barbar, dalam waktu 23 tahun telah bermetamorfosis menjadi masyarakat yang bertauhid, beradab sampai bisa menghancurkan dua peradaban besar dunia waktu itu, romawi dan Persia, yang semua itu dibawah kendali seorang laki-laki sederhana penuntun unta.

Ya, laki-laki sederhana penuntun unta itu, yang sejak kecil sudah yatim piatu itu sudah menerima takdirnya sebagai penerima risalah Tuhan yang akan menjalankan tugas-tugas ketuhanan, menjadikannya seorang Avatar. Muhammad pun menjadi seorang nabi dan juga rasul.

Saya tidak berniat untuk menceritakan detail perjalanan hidup sang nabi mulia ini. Kisah hidup beliau sudah banyak dibukukan oleh para penulis. Saya hanya ingin mengajak anda para pembaca untuk memperingati hari kelahiran manusia agung ini dengan memegang teguh ajaran beliau, meneladani sikap beliau, menjaga dan memelihara warisan beliau. Sungguh, kita umatnya sudah diberi warisan oleh beliau yaitu “Alqur’an dan Hikmahnya”.

Dibalik kenabiannya, beliaupun adalah manusia biasa seperti kita. Beliau pernah marah besar dan mengancam balas dendam ketika peristiwa gugurnya paman beliau yang dikasihinya, Hamzah a.s., dalam perang badr. Melihat jasad sang singa Allah yang hancur terkoyak, perasaaan beliau pun ikut terkoyak dan keluarlah ucapan beliau untuk menuntut balas, tetapi secepat itu pula beliau menerima wahyu bahwa memaafkan lebih disukai oleh Allah SWT. Beliau pun menyadari kekhilafannya. Curiga? Ya, beliau pun pernah dihinggapi perasaan ini pada peristiwa yang dikenal dengan “Fitnah Aisyah”. Diceritakan bagaimana sikap Rasulullah bersikap “dingin” terhadap sang isteri Aisyah dan mengurung diri tidak bersedia ditemui siapapun kecuali empat sahabat utama beliau. Sampai akhirnya turun wahyu yang “membela” Aisyah bahwa yang terjadi pada diri Aisyah hanya fitnah semata. Dalam kisah lain diceritakan bahwa nabi pernah “kurang peduli” terhadap seorang kakek2 buta yang minta diajarkan ilmu agama Islam, beliau lebih focus mengajar para bangsawan Quraisy. Tuhan pun melalui Jibril “menegur” beliau bahwa yang beliau lakukan adalah tidak pantas dilakukan oleh seorang Nabi. Secepat itu pula menyadari kekhilafannya.

Begitulah, hikmah yang bisa kita ambil adalah kekhilafan dalam hidup bisa juga menimpa para nabi apalagi kita. Tetapi Rasulullah memberikan contoh manakala kita melakukan kekhilafan, kesalahan, cepatlah segera menyadarinya. Kalaupun kesalahan atau kekhilafan itu terjadi lagi, jangan ragu untuk segera menyadari lagi, terus dan terus proses itu akan terjadi pada kita sampai mudah2an Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, Sang Maha Pengampun, yang akan menyelematkan kita…. Amien.

Salam bagimu ya Rasulullah..

Ditulis di Cikarang untuk memperingati Maulid Nabi

FM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar